GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejarah geologi Indonesia yang
kompleks telah menghasilkan lebih dari enam puluh cekungan sedimen.
Cekungan-cekungan ini berdasarkan persebaran daerahnya dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu bagian barat dan bagian timur. Bagian barat Indonesia memiliki
sekitar 22 cekungan yang telah berproduksi, sedangkan bagian timur Indonesia
memiliki lebih banyak cekungan, yaitu sekitar 38 cekungan sedimen yang masih
berada pada tahap eksplorasi.
Sebagian besar cekungan produktif
yang ada di Indonesia berada di bagian barat. Sedangkan, pada Indonesia bagian
timur, sebenarnya memiliki prospek hidrokarbon yang sangat besar, berdasarkan
data stratigrafi pada masa mesozoikum dan Paleozoikum. Namun proses produksi
daerah tersebut masih terkendala oleh besarnya beban biaya, kurangya
infrastruktur, serta area yang didominasi oleh perairan laut dalam (Awang H.
Satyana, 2005).
Cekungan-cekungan di Indonesia
wilayah barat yang terletak pada bagian Back-arc Basin Lempeng Sunda
(Eurasia), meliputi
cekungan Sumatera Utara, cekungan Sumatera Tengah, cekungan Sumatera Selatan,
cekungan Sunda-Asri, Cekungan Utara Jawa, Cekungan Jawa Timur, Cekungan Barito,
Cekungan Kutai, Cekungan Tarakan, Cekungan Natuna Barat, dan Cekungan Natuna
Timur.
Cekungan-cekungan sedimen pada wilayah Barat ini
terbentuk pada akhir kala Eosen dimana pada kala tersebut terjadi proses pelebaran cekungan
yang diisi oleh material sedimen
lakustrin dan fluvial.
Proses transgresi yang terjadi pada pertengahan kala oligosen sampai
pertengahan kala miosen, yang terisi oleh material-material fluvial, kemudian
tertimbun sedimen delta dan karbonat pada kala oligosen akhir sampai miosen
awal. Selanjutnya terbentuk lapisan perangkap pada pertengahan kala miosen, di
mana pada saat itu berlangsung proses transgresi secara maksimum. di akhir kala
miosen sampai dengan pliosen, akhirnya mulai terbentuk struktur-struktur
kompresi, akibat adanya desakan gaya tektonik dari lempeng Indo-Australia
terhadap lempeng sunda (Eurasia).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas ialah:
1. Bagamanakah
Geologi Regional Cekungan Sumatera Utara?
2. Bagaimanakah
Stratigrafi Cekungan Sumatera Utara?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1. Untuk
mengetahui mengenai Geologi Regional Cekungan Sumatera Utara.
2. Untuk
mengetahui mengenai Stratigrafi
Cekungan Sumatera Utara.
3. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Geologi Regional Cekungan Sumatera
Utara
Daerah ini merupakan bagian dari
Back-arc Basin lempeng Sunda yang
meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sapai ke Banda Aceh. Di
sebelah barat jalur ini jelas
dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-Tersier. Dapat dikatakan bahwa yang
dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan batupasir bermika (micaceous sandstone),
mungkin merupakan pengendapan non-marin. Transgresi baru dimulai dengan
batupasir Peunulin atau batupasir Belumai, yang tertindih oleh Formasi Telaga.
Formasi regresi diwakili oleh Formasi Keutapang dan Formasi Seureula yang
merupakan lapisan resevoir utama.
Daerah
cekungan ini juga terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan batuan
dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman Paseh (Paseh deep). Di sini
jugalah letak dearah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan yang menjurus
ke utara-selatan.
Cekungan Paseh membuka ke arah
utara ke lepas pantai, ke sebelah
selatan
tempat depresi Tamiang dan depresi Medan. Di antara kedua depresi tersebut
terdapat daerah tinggi, dan di sana Formasi Peunulin/Telaga/Belumai langsung
menutupi batuan dasar. Minyak ditemui pada formasi ini (Diski, Batumandi),
lebih ke selatan lagi terdapat depresi Siantara dan kemudian daerah cekungan
dibatasi oleh lengkung Asahan dari cekungan Sumatera Tengah. Struktur daerah
cekungan Sumatera Utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang
membujut barat laut-tenggara yang diikuti oleh sesar naik. Di sini diketahui
bagian barat relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di
Plio-Plistosen. Semua unsur struktur yang lebih tua direfleksikan pada
paleotopografi batuan dasar, seperti misalnya di blik Arun yang menjurus ke
utara-selatan.
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari
berbagai elemen yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana
cekungan ini terjadi setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman
Mesozoikum atau sebelum mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam
cekungan sumatera utara. Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan
bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses
sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi,
kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir
Tersier. Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan
dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut – tenggara
Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada
bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan. Pengendapan Tersier
Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan batuan
dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi, membentuk endapan
berbutir kasar – halus, batu lempung
hitam, napal, batulempung gampingan dan serpih.
Transgressi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah,
kemudian berhenti dan lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya
endapan napal yang kaya akan fosil foraminifora planktonik dari formasi Peutu.
Di bagian timur cekungan ini diendapkan
formasi Belumai yang berkembang
menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi tenang terus berlangsung
sampai Miosen tengah dengan pengendapan serpih dari formasi Baong. Setelah pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi
yang mengendapkan sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk)
secara selaras diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras
diatasnya diendapkan Tufa Toba Alluvial.
B. Stratigrafi
Cekungan Sumatera Utara
Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat
stratigrafi regional cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
1. Formasi Parapat
Formasi Parapat dengan komposisi batupasir berbutir kasar dan
konglomerat di bagian bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak
selaras. Secara regional, bagian bawah Formasi Parapat diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal dengan dijumpai fosil Nummulites di Aceh. Formasi ini
diperkirakan berumur Oligosen.
2. Formasi Bampo
Formasi Bampo dengan komposisi utama adalah serpih
hitam dan tidak berlapis, dan umumnya berasosiasi dengan pirit dan gamping.
Lapisan tipis batugamping, ataupun batulempung berkarbonatan dan mikaan sering pula
dijumpai. Formasi ini miskin akan fosil, sesuai dengan lingkungan
pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi (euxinic). Berdasarkan
beberapa kumpulan fosil bentonik dan planktonik yang ditemukan, diperkirakan
formasi ini berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Ketebalan formasi amat
berbeda dan berkisar antara 100 – 2400 meter.
3.
Formasi
Belumai
Pada sisi timur cekungan berkembang Formasi Belumai
yang identik dengan formasi Peutu yang hanya berkembang dicekungan bagian barat
dan tengah. Terdiri dari batupasir glaukonit berselang – seling dengan serpih
dan batugamping. Didaerah Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan batupasir
kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi Belumai terdapat
secara selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan Formasi Baong,
ketebalan diperkirakan antara 200 – 700 meter. Lingkungan pengendapan Formasi
ini adalah laut dangkal sampai neritik yang berumur Miosen awal.
4.
Formasi
Baong
Formasi Baong terdiri atas batulempung abu-abu
kehijauan, napalan, lanauan, pasiran. Umumnya kaya fosil Orbulina sp, dan diselingi
suatu lapisan tipis pasir halus serpihan. Didaerah Langkat Aru beberapa
selingan batupasir glaukonitan serta batugampingan yang terdapat pada bagian
tengah. Formasi ini dinamakan Besitang
River Sand dan Sembilan sand, yang keduanya merupakan reservoir
yang produktif dengan berumur Miosen Tengah hingga Atas.
5.
Formasi
Keutapang
Formasi Keutapang tersusun selang-seling antara
serpih, batulempung, beberapa sisipan batugampingan dan batupasir berlapis
tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit mika, dan karbonan terdapat pada
bagian atas dijumpai hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 404 –
1534 meter. Formasi Keutapang merupakan awal siklus regresi dari sedimen dalam
cekungan sumatera utara yang terendapkan dalam lingkungan delta sampai laut
dalam sampai Miosen akhir.
6.
Formasi
Seurula
Formasi ini agak susah
dipisahkan dari Formasi Keutapang dibawahnya. Formasi Seurula merupakan
kelanjutan facies regresi, dengan lithologinya terdiri dari batupasir, serpih
dan dominan batulempung. Dibandingkan dengan Formasi Keutapang, Formasi Seurula
berbutir lebih kasar banyak ditemukan pecahan cangkang moluska dan kandungan
fornifera plangtonik lebih banyak. Ketebalan Formasi ini diperkirakan antara
397 – 720 meter. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan bersifat laut selama
awal Pliosen.
7.
Formasi
Julu Rayeu
Formasi Julu Rayeu merupakan formasi teratas dari
siklus endapan laut dicekungan sumatera utara. Dengan lithologinya terdiri atas
batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan mengandung mika, dan pecahan
cangkang moluska. Ketebalannya mencapai 1400 meter, lingkungan pengendapan laut
dangkal pada akhir Pliosen sampai Plistosen.
8.
Vulkanik
Toba
Vulkanik Toba merupakan tufa hasil kegiatan
vukanisme toba yang berlangsung pada Plio-Plistosen. Lithologinya berupa tufa
dan endapan-endapan kontinen seperti kerakal, pasir dan lempung. Tufa toba
diendapkan tidak selaras diatas formasi Julu Rayeu. Ketebalan lapisan ini
diperkirakan antara 150 – 200 meter berumur Plistosen.
9. Alluvial
Satuan alluvial ini terdiri dari endapan sungai ( pasir,
kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan pantai yaitu, pasir sampai
lumpur. Ketebalan satuan alluvial diperkirakan mencapai 20 meter.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen
yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi
setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum
mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara.
Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat
memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi
selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi, kemudian disusul dengan
regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur cekungan
sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseran
yang berarah lebih kurang lebih barat laut – tenggara Sedimentasi dimulai
dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian bertopografi
rendah dan palung yang tersesarkan.
Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat
stratigrafi regional cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
1.
Formasi Parapat
2.
Formasi Bampo
3.
Formasi Belumai
4.
Formasi Baong
5.
Formasi Keutapang
6.
Formasi Seurula
7.
Formasi Julu Rayeu
8.
Vulkanik Toba
9.
Alluvial
makasih...
ReplyDeletesama2...
ReplyDeleteThanks a Lot for ur blog,,,
ReplyDeleteSangat membantu,,,
^___^
Sma2 :) (y)
ReplyDeletethanks..,tapi daftar pustakanya mana???
ReplyDeletemakasih
ReplyDeletesumbernya kalau bisa jelas teman
ReplyDeleteThank you . Jadi nambah refrensi
ReplyDelete