SURVEI TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Survei adalah teknik riset
dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, peninjaun di suatu
daerah. Menyurvei adalah memeriksa,
menyelidiki, meninjau. Penyurvei adalah orang yang
menyurvei. Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat
membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta
(Tamtomo, 2008).
Survei tanah adalah metode atau cara
mengumpulkan data dengan turun langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa
data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim. Kegiatan survei terdiri dari
kegiatan dilapangan, analisis dilaboratorium, mengklasifikasikan tanah kedalam
sistem taksonomi atau system klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah atau
interpretasi atau penafsiran dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian
(Abdullah, 1996).
Survei sangat diperlukan dalam
proses dalam berbagai penelitian, terutama dalam proses yang dilakukan
dilapangan seperti survei pendahuluan dalam penelitian tanah ini. Oleh karena
itu penyajian mengenai berbagai hal tentang survei perlu dibahas dan diketahui
lebih lanjut, terdapat berbagai macam hal yang perlu dibahas dan diketahui
dalam survei pendahuluan untuk memudahkan dalam proses lanjutan nanti.
B. Rumusan
Masalah
Beradasarkan
latar belakang diatas, pemasalahan yang akan dibahas pada makalah ini ialah:
1.
Apakah yang
dimaksud dengan survei tanah dan macamnya?
2.
Bagaimanakah
tahapan dalam survei tanah?
3.
Bagaimanakah
metode yang digunakan dalam survei tanah?
4.
Apakah manfaat
yang didapat dalam kegiatan survei tanah?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah:
1.
Untuk mengetahui
yang dimaksud dengan survei tanah dan macamnya
2.
Untuk mengetahui
tahapan dalam survei tanah
3.
Untuk mengetahui
metode yang digunakan dalam survei tanah
4.
Untuk mengetahui
manfaat yang didapat dalam kegiatan survei tanah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan
Macam Survei
1. Survei
Survei adalah teknik riset
dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, peninjaun di suatu
daerah. Menyurvei adalah memeriksa,
menyelidiki, meninjau. Penyurvei adalah orang yang menyurvei.
2.
Survei Tanah
Survei tanah adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan
yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo, 2008).
Evaluasi lahan merupakan
proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Evaluasi lahan
tidak terlepas dari kegiatan survei tanah. Sedangkan survei tanah dilakukan
untuk mengetahui penyebaran jenis tanah dan menentukan potensinya untuk
berbagai alternatif penggunaan lahan. Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan
dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah yang sama atau hampir sama
sifatnya (Subardja. 2000).
Menurut Rayes (2007) dalam survei tanah
dikenal 3 macam metode survei, yaitu:
a. metode
grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik)
b. metode
fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip
amalitik)
c. metode
grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survey. Biasanya
dalam metode grid bebas, pemeta ‘bebas’ memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi
secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta.
Rossiter (2000) mengemukakan bahwa
disiplin survei sumber daya lahan kini memasuki era baru karena munculnya
teknologi dan metode baru sebagai berikut :
a.
Satelit penginderaan
jauh (Yang dalam waktu dekat hampir sama detailnya dengan foto udara) yang
sangat bermanfaat untuk persiapan peta dasar dan klasifikasi tutupan lahan.
b. GPS
(Global Positioning System) yang sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi
secara akurat, mampu menemukan teknologi pemetaan bawah permukaan, seta
berkembangnya model elevasi digital (DEM) untuk memprediksi karakteristik
medan.
c. Geostatistik
dan teknik interpolasi lainnya.
d. Sistem
infomasi geografi.
B.
Tahap-Tahap
dalam Survei Tanah
1. Tahapan
Persiapan
Meliputi
3 hal utama, yaitu studi pustaka, peta topografi dan foto udara.
a. Studi
pustaka merupakan gambaran umum tentang daerah yang akan diteliti berdasarkan
hasil penelitian yang sudah ada atau berbagai sumber lain. Seperti tujuan, perizinan, estimasi biaya, pembuatan kerangka
acuan, pengumpulan data awal, dan bebrbagai peta dasar serta citra. Tahapan survei atau
pengamatan lapangan biasanya dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan survei yaitu
pengamatan identifikasi (menggunakan boring tanah), pegamatan detail (pembuatan
minipit) dan dekripsi profil.
Dua
kegiatan survei yang paling umum dilakukan adalah pengamatan identifikasi yang
dilakukan dengan mengambil sampel tanah menggunakan bor tanah dan mencatat
keterangan-keterangan/data-data penting di lapang. sementara pengamatan detail
juga sangat sering dilakukan pada pengamatan detail dilakukan penggalian profil
untuk identifikasi horison-horison tanah.
b. Peta
topografi merupakan unsur kedua yang penting karena merupakan peta dasar untuk
melakukan pengamatan di lapangan.
c. Foto
udara, komponen yang penting untuk informasi mengenai fisiografi &
penggunaan tanah serta untuk memberikan mosaik.
2. Tahapan
Pendahuluan
Yaitu
persiapan administrasi dan orientasi daerah studi.
a. Penyiapan
administrasi penting dilakukan untuk mendapatkan izin dari masyarakat di
sekitar yang diwakilkan dari beberapa pihak saja.
b. Orientasi
daerah studi penting dilakukan dalam rangka memperoleh gambaran umum tentang
daerah pengamatan.
3. Tahapan
Utama
Melakukan identifikasi
jenis-jenis tanah dan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi tanah.
4. Pengolahan
Data dan Penyusunan Laporan.
Berdasarkan intensitas
pengamatannya, survei tanah dibedakan atas 6 tingkatan survei, Penjelasan mengenai
kerapatan pengamatan, skala, luas tiap 1 cm2 pada peta, satuan peta dan satuan
tanah yang dihasilkan, dan contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
1.
Survei Tanah Tingkat
Bagan
Pada survei tanah tingkat bagan
belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup dengan menghimpun dari data dan
peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka; kisaran skala yang
dihasilkan lebih kecil atau sama dengan 1: 2.500.000 dan pada umumnya skala
yang dihasilkan adalah 1 : 2.500.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada
peta adalah 625 km2; satuan peta yang diperoleh adalah Asosiasi dan beberapa
Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Ordo dan Sub-Ordo; contoh
penggunaannya berupa: Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat nasional
yang dimanfaatkan untuk materi pendidikan.
2.
Survei Tanah Tingkat
Eksplorasi
Pada survei tanah tingkat
eksplorasi belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup dengan menghimpun
dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka; kisaran
skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 1.000.000 sampai dengan 1: 500.000
dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 1.000.000; sehingga memiliki
luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 100 km2 atau kurang; satuan peta yang
diperoleh adalah Asosiasi dan beberapa Konsosiasi; satuan tanah yang
ditampilkan adalah Grup atau Sub-Grup; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan
tingkat Nasional, untuk menentukan penelitian secara terarah, dan dimanfaatkan
untuk materi pendidikan.
3.
Survei Tanah Tingkat
Tinjau
Pada survei tanah tingkat tinjau
perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di
lapang: 1 tiap 12,5 km2 sampai dengan 1 tiap 2 km2; kisaran skala yang
dihasilkan berkisar antara: 1 : 500.000 sampai dengan 1: 200.000 dan pada
umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 250.000 atau 1 : 100.000; sehingga
memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 625 hektar atau 100 hektar; satuan
peta yang diperoleh adalah Asosiasi, kompleks atau asosiasi; satuan tanah yang
ditampilkan adalah Sub-Grup atau Famili; contoh penggunaannya berupa:
Perencanaan pembangunan makro di tingkat Regional dan Provinsi, Penyusunan tata
ruang wilayah propinsi, Penyusunan rencana penggunaan lahan secara nasional,
penentuan lokasi wilayah prioritas untuk dikembangkan.
4.
Survei Tanah Tingkat
Semi Detail
Pada survei tanah tingkat semi
detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di
lapang: 1 tiap 50 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 :
100.000 sampai dengan 1: 25.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1
: 50.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 25 hektar; satuan
peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa kompleks dan asosiasi; satuan
tanah yang ditampilkan adalah Famili atau Seri; contoh penggunaannya berupa:
Penyusunan peta tata ruang wilayah kabupaten/kota; Perencanaan mikro dan
operasional untuk proyek-proyek pertanian, perkebunan, transmigrasi,
perencanaan dan perluasan jaringan irigasi.
5.
Survei Tanah Tingkat
Detail
Pada survei tanah tingkat detail
perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di
lapang: 1 tiap 12,5 hektar atau 1 tiap 8 hektar atau 1 tiap 2 hektar; kisaran
skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 25.000 sampai dengan 1: 10.000 dan
pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 25.000 atau 1 : 20.000 atau 1 :
10.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 6,25 hektar atau 5
hektar atau 1 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa
kompleks; satuan tanah yang ditampilkan adalah Fase dari Famili atau Seri;
contoh penggunaannya berupa: Perencanaan mikro dan operasional untuk
proyek-proyek pengembangan tingkat kabupaten atau kecamatan, perencanaan
pemukiman transmigrasi, perencanaan dan pengembangan jaringan irigasi sekunder
dan tersier.
6.
Survei Tanah Tingkat
Sangat Detail
Pada survei tanah tingkat sangat
detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di
lapang: 2 tiap 1 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 :
10.000 atau berskala lebih besar; pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 :
5.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 0,25 hektar; satuan
peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah
Fase dari Seri; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan dan pengelolaan lahan
di tingkat petani, penyusunan rancangan usaha tani konservasi; intensifikasi
penggunaan lahan kebun.
C.
Metode-Metode
yang Digunakan dalam Survei Tanah
1. Metoda
Grid Kaku (Rigid Grid)
a. Diterapkan
pada survei tanah detil sampai dengan
detil, dimana tidak tersedia foto udara.
b. Kalaupun
foto udaranya tersedia, mungkin skalanya
terlalu kecil dan Mutunya
sangat rendah
c. Daerah
yg disurvei tertutup awan/kabut
d. Kenampakan
permukaan tidak jelas atau daerahnya sangat homogen dan datar,
e. Daerah
yang disurvei tertutup vegetasi yg rapat dan lebat
f. Daerah
survei berrawa, padang rumput atau
g. Savana
yang tidak menampakkan gejala permukaan.
Dalam metoda ini, pengamatan
dilakukan dalam pola teratur pada interval titik pengamatan yang berjarak sama
dalam kedua arah. Sangat cocok diterapkan pada daerah-daerah di mana posisi
pemeta, sukar ditentukan dengan pasti.
Gambar
:Lokasi titik observasi pada Metode Grid Kaku
Keuntungan Metoda
Grid-Kaku:
Tidak
memerlukan penyurvei yang berpengalaman,
karena lokasi titik-titik pengamatan sudah di plot pada peta rintisan (peta rencana-pengamatan).
Kerugian Metoda
Grid-Kaku:
·
Perlu waktu sangat
lama, terutama untuk medan berat.
·
Penggunaan titik
pengamatan, tidak efektif.
·
Sebagian dari lokasi
pengamatan, tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki (misal pada tempat pemukiman,
daerah peralihan 2 satuan lahan dll).
2. Metoda
fisiografik (dengan
bantuan foto udara)
a. Sangat
efektif pada survei tanah berskala < 1 : 25.000, dan tersedia foto udara
berkualitas cukup tinggi.
b. Hampir
semua batas satuan peta diperoleh dari IFU, sedangkan kegiatan lapangan hanya untuk
mengecek batas satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah masing2
satuan peta.
c. Pengamatan
dilakukan pada tempat-tempat tertentu pada masing-masing satuan peta.
Gambar:
Lokasi titik observasi pada Metode Fisiografik
Jumlah pengamatan pada tiap-tiap
satuan peta tergantung:
·
Ketelitian IFU dan
keahlian + kemampuan
·
Penyurvei dlm memahami
hub fisiografi dan keadaan tanah.
·
Kerumitan (kompleks
tidaknya) satuan peta tersebut.
Makin rumit, makin
banyak dan, Luasan satuan peta. Makin luas, jumlah pengamatannya pun makin
banyak.
3. Metoda
Grid Bebas
a. Perpaduan
metoda grid-kaku dg metoda fisiografi.
b. Pada
survei detil s/d semi-detil, yang kemampuan foto udara dianggap terbatas, dan
di tempat-tempat yang orientasi lapangan cukup sulit.
c. Pengamatan
lapangan dilakukan pada titik-titik seperti pada grid-kaku, tapi jarak
titik-titik pengamatan tidak perlu sama dalam 2 arah, tetapi terntung keadaan
fisiografi.
d. Jika
terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak dekat pengamatan, rapat.
e. Jika
bentuk-lahan relatif seragam, renggang.
f. Sangat
baik diterapkan oleh penyurvei yang belum banyak berpengalaman dalam IFU.
Lokasi titik observasi pada Metode Grid Bebas
D.
Variasi
Penentuan Titik Observasi Dalam Survei Tanah
1. Penentuan
titik observasi dalam Key Area ( Daerah Kunci )
Fungsi
Key Area untuk :
a. Pelajari
tanah secara lebih detil daripada skala peta
final.
b. Buat definisi satuan peta, dg menyusun legenda peta sementara.
c. Buat korelasi antara SPT dg citra foto.
d. Kumpulkan data SDL (pola tanam, LU, produksi, dosis pupuk dll) scr
> lengkap.
Beberapa
syarat daerah kunci adalah :
·
Dapat mewakili sebanyak mungkin satuan yg ada dibuat pada
daerah yang hubungan tanah-landskap dapat dipelajari dengan mudah.
·
Luasnya tdk boleh terlalu kecil, (semi detil, 10% ; tinjau 5% dr luas total).
·
Tidak boleh sejajar dengan batas landform.
·
Usahakan mencakup semua satuan peta yang ada.
·
Jumlahnya harus memadai.
·
Aksesibilitasnya tinggi
2. Penentuan Titik Observasi Dalam
Transek
Transek juga merupakan daerah pewakil
sederhana dalam bentuk
jalur/rintisan, yang mencakup satuan
landform, sebanyak mungkin.
Metode survei tanah menggunakan dua
pendekatan utama, yaitu pendekatan
sintetik dan analitik:
1. Pendekatan
Sintetik
Untuk
membagi permukaan tanah sebagai suatu satuan peta tanah adalah dengan cara
mengamati, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan profil-profil tanah sesuai
dengan taksonomi yang digunakan sebagai acuan untuk memberi batas pada peta
tanah yang ada, batas tersebut dapat digunakan untuk menggabungkan daerah
sekitar pengamatan yang memiliki profil serupa atau yang berbeda dengan yang
lain seusai denga klasifikasi taksonomi yang digunakan.
Pendekatan analitik dilakukan di
daerah survei tersebut dengan cara:
·
Hal yang dilakukan
pertama adalah interpretasi foto udara yang ada atau didapat dari citra
satelit, gunakan acuan sifat-sifat tanah yang dapat dilihat dengan menggunakan
foto udara seperti jenis topografi, vegetasi dan bahan induk ( warna ) sehingga
dapat menentukan jenis landformnya.
·
Kemudian memberi
batas-batas permukaan tanah yang memiliki sifat-sifat tanah yang dianggap
berbeda-beda.
·
Melaksanakan
karakterisasi satuan-satuan yang dihasilkan melaluipengamatan dan pengambilan
contoh tanah di lapangan.
2. Pendekatan
Analitik
Membagi suatu peta tanah
berdasarkan pada pengamatan sifat – sifat tanah yang secara eksternal dapat
diketahui seperti halnya tekstur, struktur, konsistensi, hingga sifat yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah misalnya topografi, bahan induk dan jenis
vegetasi yang ada pada suatu peta tanah. Jika menggunakan foto udara sebagai
peta dasar untuk melakukan pendekatan peta tanah maka dapat diketahui
sifat-sifat tersebut yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kontinum
yang akan dibagi-bagi sebagai pembeda satu titik dengan titik lainya pada peta
tanah.
E.
Manfaat
Kegiatan Survei Tanah
1. Pengukuran
Untuk Mencari Luas Tanah
Luas tanah sangat diperlukan untuk
keperluan jual beli, penentuan pajak, dan untuk perencanaan pengembangan
daerah, rencana jalan, rencana pengairan dan rencana transmigrasi.
2. Pengukuran
Untuk Mengetahui Beda Tinggi Tanah
Sebelum suatu bangunan didirikan ,
maka terlebih dahulu harus diketahui tinggi permukaan tanah dan rencana
meratakan tanahnya sehingga dapat dihitung seberapa tanah yang gigali dan
berapa banyak urugan yang diperlukan serta untuk menentukan peil suatu bangunan
yang akan dibangunan untuk pedoman ketinggian lantai dan sebagainya.
3. Pengukuran
Untuk Pembuatan Peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh
antara tempat A ke tempat B maka kita harus membuat sket jalan dari tempat A ke
tempat B. Gambar sket tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta.
Untuk praktisnya pemerintah mulai
dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten , propinsi bahkan setiap Negara
mempunyai ganbar daerahnya yang disebut peta. Peta tersebut harus digambar
berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik pengukuran secara teoritis maupun
secara fotogrametrik.
4. Pengukuran
Untuk Merencanakan Bangunan
Bila akan mendirikan rumah , maka
harus ada ijin bangunan dari dinas pertanahan atau dinas pekerjaan umum. Pada
setiap rencana pembangunan daerah , pembuatan jalan, rencana irigasi terlebih
dahulu tanah yang akan dibangunan harus diukur dan disahkan oleh pemerintah
daerah. Disamping hal tersebut pekerjaan ukur tanah merupakan hal sangat penting dalam merencana bangunan
karena dapat memudahkan menghitung rencana biaya.
Comments
Post a Comment