PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PENDIDIKAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Geografi adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang fenomena
permukaan bumi atau geosfer. Geografi merupakan ilmu yang mencitrakan,
menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk,
serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur bumi dalam
ruang dan waktu. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Geografi
adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan, melukiskan atau mendeskripsikan
hal-hal yang berkaitan dengan persamaan dan perbedaan, baik yang terdapat di
daratan, lingkungan perairan, lingkungan udara, maupun lingkungan kehidupan.
Geografi terutama merupakan kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan
manusia di permukaan bumi.
Pendidikan geografi bergerak pada ranah pengetahuan,
kecakapan, perilaku untuk membentuk pengalaman anak didik yang berwawasan
konservasi dan kemampuan mitigasi bencana. Hal ini berkaitan dengan ruang
lingkup lingkungan geografi yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Konservasi dan mitigasi bencana penekanan
kajiannya pada aspek aktivitas manusia dalam konteks keruangan dalam menyikapi
alam. Hal ini merupakan fakta bahwa manusia bertempat tinggal di suatu ruang/wilayah.
Fenomena kerusakan lingkungan berpontensi mengancam eksistensi manusia.
Sehubungan dengan hal itu pembelajaran geografi dalam pemecahan masalah membawa
pertanyaan fundamental yakni: “Where is
it?, Why is it there? dan What follow from it being there?.
Di Indonesia kurikulum
geografi dari pembuat kebijakan dirasa masih terdapat kekurangan. Bahkan
seolah-olah terjadi pengkerdilan dalam proses pembelajaran geografi. Dulu,
geografi di ajarkan di tingkat SMP sebagai mata pelajaran yang mandiri. Akan
tetapi, sekarang geografi digabung dalam satu “payung” bernama IPS terpadu.
Dengan alokasi jam yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu ekonomi
dan sejarah, maka esensi dari ilmu geografi tidak tersampaikan dengan baik.
Guru dipaksa untuk menyampaikan materi yang sangat banyak dengan jam pertemuan
yang tidak berimbang. Sedangkan murid harus menyerap materi yang begitu banyak
pula sehingga pembelajaran geografi terkesan dipaksakan dan menjadi tidak
menarik. Evaluasi pembelajaran pun hanya sampai pada taraf hafalan dan sangat
sulit mencapai tahap analisis.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas yaitu mengenai :
1. Hambatan
apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran geografi di Sekolah?
2. Bagaimana
upaya dalam mengatasi berbagai hambatan-hambatan dalam pembelajaran geografi?
3. Bagaimanakah
peranan geografi dalam pengembangan karakter bangsa?
4. Bagaimanakah
peranan geografi dalam pendidikan kebencanaan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Mengetahui
hambatan yang mungkin dihadapi dalam pembelajaran geografi di Sekolah serta
upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
2. Mengetahui
perann geografi dalam pengembangan karakter bangsa.
3. Mengetahui
peranan geografi dalam pendidikan kebencanaan.
4. Melengkapi
tugas sebagai syarat kelulusan dalam mata kuliah “Telaah Kurikulum dan Buku
Teks Geografi”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hambatan Pembelajaran
Geografi di Sekolah.
Pembelajaran
geografi di Sekolah dalam kenyataannya masih mengalami berbagai kendala, antara
lain :
1. Media
dalam pembelajaran yang masih kurang memadai di Sekolah.
Pada
hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi kegiatan belajar
mengajar dikelas yang adalah dunia komunikasi tersendiri dimana guru atau siswa
bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian, dalam proses
komunikasi tersebut sering kali terjadi berbagai penyimpangan sehingga
komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, yang antara lain disebabkan oleh
adanya kecenderungan verbalisme, ketidak siapan siswa, kurangnya minat dan
gairah dalam kegiatan belajar. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan ini
ialah penggunaan media dalam proses belajar mengajar.
2. Metode
pengajaran dan kompetensi guru.
Dalam
perkembangan dunia pendidikan sarana da prasarana terus dikembangkan, tidak
terkecuali kompetensi guru-guru harus berkembang pula, namun dalam kenyataannya
berdasarkan berbagai penelitian yang ada guru mengalami berbagai kendala dalam
pembelajaran, terutama pada materi-materi yang baru masuk kurikulum seperti,
seperti contohnya pada data hasil penelitian berikut : Materi Ajar SIG yang
merupakan materi baru dalam mata pelajaran Geografi karena materi ini masuk
dalam kurikulum tahun 2006.
a. Prencanaan
pembelajaran guru terkendala,
b. Proses
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru mengalami kendala.
Hasil
penelitian diperoleh dari persentase kendala-kendala dalam perencanaan
pembelajaran, dan proses pelaksanaan pembelajaran SIG yang di buat guru.
Kendala guru pada perencanaan pembelajaran SIG adalah dalam kelengkapan
instrument penilaian guru mengalami kendala dengan persentase 80%. Selain itu
guru dalam perencanaan cukup terkendala pada: kejelasan perumusan tujuan dengan
besaran frekuensi 57%, pemilihan materi ajar guru terkendala sebesar 52,5%,
pengorganisasian materi ajar guru terkendala dengan frekuensi 55%, kesesuaian
teknik dengan tujuan pembelajaran 52,5% guru terkendala, dan. Kendala-kendala
dalam proses pelaksanaan pembelajaran SIG adalah menggunakan media secara
efektif serta efisien dengan persentase sebesar 72,5%. Selain itu guru cukup
terkendala pada menunjukan peguasaan materi pebelajaran sebesar 55%, kendala
guru melaksanakan pembelajaran secara runtut persentase kendala guru sebesar
52,5%, dalam melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual terkendala
sebesar 62,5%, kendala dalam memantau kemajuan belajar selama proses guru
terkendala sebesar 65%, melakukan penilaian akhir guru terkendala sebesar
52,5%, dalam melakukan kegiatan refleksi guru mengalami kendala dengan
persentase sebesar 55%. Kesimpulan dalam proses perencanaan pembelajaran
kendala guru pada kelengkapan instrumen penilaian, dan kendala guru dalam
proses pelaksanaan pembelajaran SIG, guru mengalami kendala pada penggunaan
media pembelajaran secara efektif dan efisien.
3. Kebijakan
kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu.
Dengan
kebijakan kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS
terpadu, dengan alokasi jam yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu
ekonomi dan sejarah, maka esensi dari ilmu geografi tidak tersampaikan dengan
baik. Guru dipaksa untuk menyampaikan materi yang sangat banyak dengan jam
pertemuan yang tidak berimbang. Sedangkan murid harus menyerap materi yang
begitu banyak pula sehingga pembelajaran geografi terkesan dipaksakan dan
menjadi tidak menarik. Evaluasi pembelajaran pun hanya sampai pada taraf
hafalan dan sangat sulit mencapai tahap analisis.
B.
Upaya
Mengatasi Hambatan Dalam Pembelajaran di Sekolah
Berbagai macam usaha dapat
dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam pembelajan geografi di
Sekolah antara lain:
1. Memperbaiki
kualitas guru-guru mata pelajaran.
Kualitas guru
disini menyangkut segala aspek, mulai dari penguasaan materi bahan ajar,
keterampilan dalam memilih metode ajar sampai keterampilan dalam menggunakan
media-media dalam pembelajaran geografi. Guru dituntut memiliki, wawasan
keilmuan geografi, menguasai materi, dan mampu mengembangkan keterampilan
teoretis dan praktis operasional.
2. Menyediakan
media pembelajaran yang sesuai bagi berbagai materi-materi ajar geografi di
Sekolah.
Materi-materi
dalam pelajaran geografi tidak akan dapat diserap dengan optimal oleh anak
didik apabila hanya mengandalkan media buku atau ceramah dari guru mereka saja,
karena anak didik membutuhkan media stimulus bagi proses penyerapan informasi
yang mereka dapatkan, contohnya saja dalam pelajaran SIG atau Pengindraan jauh,
mereka perlu tau dan di hadirkan media berupa peta atau foto udara.
3. Alokasi
waktu atau penambahan jam pelajaran.
Dari sejarah
perkembangan dan hakikat, geografi adlah pengetahuan yang tumbuh dari hasil
perjalanan dan pengamatan dilapangan. Misalnya konsep lokasi, hubungan dan
sebaran keruangan seharusnya dikembangkan atas dasar hasil pengamatan nyata di
lapangan. Hal ini bisa jadi jalan keluar dalam permasalahan jam pelajaran
geografi yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yang “satu payung” dalam
IPS terpadu. Yaitu pembelajaran geografi dapat dilakukan “indoor” dan “out door”.
Jam pelajaran yang tersedia bagi pelajaran geografi yang notabene memiliki
materi yang cukup padat dapat saja disiasati dengan adanya kegiatan belajar di
lapangan. Kegiatan luar sekolah (out door)
yaitu pengajaran geografi yang dilakukan oleh guru-guru dalam rngka mempelajari
sebuah objek, misalnya peristiwa alam, proses social, ekonomi budaya dan
lain-lain.
C.
Peran
Geografi Dalam Pengembangan Karakter Bangsa
Fungsi pendidikan untuk mengembangkan kebudayaan dan
membangun karakter bangsa dalam menghadapi perkembangan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta persaingan dalam era globalisasi. Tugas
pendidikan tidak hanya sekedar menstranfer ilmu pengetahuan (knowledge) dalam konteks
pengembangan disiplin ilmu akademik tetapi juga membangun watak, akhlak, dan
kepribadian sehingga generasi muda dapat melangsungkan kehidupannya secara lebih baik sekarang dan di masa yang
akan datang. Persaingan kehidupan yang semakin ketat dalam era globalisasi
harus mampu dihadapi oleh generasi penerus dengan kepribadian yang kuat, kreatif,
memiliki kecerdasan, keterampilan, dan memiliki tanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan hidup.
Melalui pendidikan geografi di dalam maupun di luar kelas,
murid sebenarnya dapat diajak untuk menambah kecintaannya terhadap tanah air
Indonesia. Beberapa hal yang dapat mendorong kecintaan murid tersebut antara
lain bahwa siswa diajak mengamati kekayaan bumi Indonesia sekaligus ancaman
bencana alamnya. Selain itu murid perlu diajak untuk memahami kemampuan bangsa
Indonesia pada masa kini dan masa lampau. Kita dapat mengambil contoh Amerika
serikat terkesan murid sekolah hanya diajari geografi Amerika Serikat
(local/Negara bagian) dan tidak atau belum diajarkan geografi dunia. Mungkin
mereka menganggap belum perlunya dunia luar diperkenalkan sebelum negaranya
sendiri dipahahami. Penanaman geografi daerah local menjadi prioritas sebelum
murid mengetahui geografi Negara bagian lainnya. Memang terkesan Amerika
Serikat terlalu egois dalam pendidikan geografi, tetapi ternyata ada baiknya
karena pemahaman tanah airnya diutamakan bagi murid Sekolah dasar sampai dengan
sekolah lanjutan. Kurikulum ntersebut dikembangkan dalam rangka memupuk rasa
cinta tanah air dan kesatuan bangsa warga negara Amaerika Serikat sejak usia
sekolah.
Sebagai guru geografi perlu mempersiapkan beberapa hal
menyangkut pemahaman geografis dalam rangka peningkatan rasa cinta tanah air.
Proses pembelajaran sangat diperlukan kesiapan yang dimaksud dan harus
dikembangkan dengan memperhatikan interaksi guru-murid. Dalam memberikan
pemahaman geografi terhadap murid secara mandiri perlu mempertimbangkan juga
proses belajar sambil memperhatikan (learning by waching), belajar sambil
mendengarkan (learning by listening), belajar sambil membaca (learning by
reading) dan belajar sambil bekerja (learning by working/doing).
Pendidikan geografi merupakan pendidikan dasar
dan terapan yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan pembangunan di
Indonesia. Wawasan kegeografian semakin dipelukan dalam rangka mewujudkan
karakter manusia sebagai rahmatan alamiah dan cinta tanah air. Karakter manusia
yang berwawasan kegeografian digunakan untuk menata kehidupan dan pembangunan
yang berkelanjutan. Orientasi pendidikan geografi yang berwawasan kelingkungan
dalam pemahaman karakteristik, masalah dan potensi disuatu wilayah merupakan
dasar pijakn dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peranan pendidikan
geografi yang membutuhkan ide, gagasan yang orisinal dari para Geograf yang
berkecimpung di berbagai profesi perlu diwadahi dan direvitalisasi, sebagai
wujud tanggung jawab ilmiah dan tanggung jawab sosial.
Dalam mengekfektifkan peran pendidikan geografi
kepada murid sekolah adalah tugas guru geografi untuk memperhatikan hal-hal
yang mendorong pada penanaman rasa cinta tanah air. Dalam praktek pemberian
pemahaman sebagai penanaman rasa kebangsaan tanah air pasti tidak mudah
dilakukan, karena itu guru geografi memerlukan kesiapan pengajaran yang mantap
melalui pemahaman murid terhadap geografi tanah airnya.
- Peran Geografi dalam Pendidikan Kebencanaan.
Bencana yang
sering terjadi di Indonesia seakan menjadi “berkah” bagi pendidikan geografi di
Indonesia. Guru geografi bisa menggunakan pendekatan aktual untuk pembelajaran
di kelas. Hal ini mendorong para pengajar untuk lebih kreatif dalam menyajikan
materinya. Misalnya ketika terjadi tsunami di Aceh dan di Jepang, guru bisa
menjelaskan penyebab terjadinya tsunami dilihat dari sudut pandang geografi
serta bisa menggunakan media interaktif yang sekarang sudah banyak tersedia.
Fenomena seperti ini membuat geografi semakin menarik untuk dipelajari. Peserta
didik juga tidak takut dengan hafalan karena geografi bisa dipelajari secara
analisis.
Keberadaan
pendidikan geografi di masyarakat semakin diperhatikan karena pembelajaran
geografi di sekolah bisa digunakan sebagai langkah awal penerapan mitigasi
bencana. Dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terhadap potensi
bencana di lingkungannnya, di situlah geografi semakin dibutuhkan. Mitigasi
bencana sebagai pengurangan dampak bencana atau usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta
bisa diajarkan lebih dini kepada masyarakat melalui pendidikan. Dengan fenomena
yang terjadi di masyarakat pada saat ini, maka pendidikan geografi harus tetap
eksis dan memberi kontribusinya terhadap kehidupan dan kemajuan bangsa
Indonesia.
Pendidikan geografi mempunyai pemaknaan hidup
membentuk jiwa yang berkarakter mulia. Geografi sebagai ilmu yang fokus pada
objek ruang, wilayah, lingkungan dalam hubunganya dengan kehidupan. Kompetensi
pendidikan geografi membentuk manusia cinta wilayah tanah air dan mampu
melestarikan hubungan harmonis alam dengan manusia beserta sumber kehidupannya.
Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam serta meningkatnya bencana akibat ulah
manusia dan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan di dunia,
merupakan bukti ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alamnya. Prinsip
hidup harmonis dengan alam secara geografis seharusnya manusia dapat memahami karakter
dan perilaku alam di mana manusia bertempat tinggal. Teori hidup beradaptasi
dan melestarikan lingkungan adalah suatu pilihan yang tepat. Bagaimana manusia
hidup daerah yang sering banjir, kering, pasang surut, erupsi dan gempa. Upaya
menumbuhkan semangat hidup ramah pada lingkungan dan bencana dapat dilakukan
melalui :
- mempelajari informasi spasial kawasan rawan bencana
- beradaptasi hidup di kawasan rawan bencana,
- bila tidak layak huni sebaiknya pindah di tempat yang layak,
- tanggap bila terjadi bencana,
- tata ruang dan guna lahan yang berbasis bencana,
- penguatan sistem manajemen bencana. Pengetahuan geografi perlu disosialisasikan ke masyarakat melalui pemanfaatan berbagai peta kebencanaan dan aplikasinya.
Guru, dosen, siswa, mahasiswa geografi dan pakar
kebencanaan berkewajiban menumbuh–kembangkan penerapan pengetahuan geografi kebencanaan.
Konsep Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) serta SWALIBA sebagai
solusi pendidikan formal dan informal dalam membangun masyarakat Indonesia
damai, harmonis dengan alam lingkungan dan bencana.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan dan Saran
Geografi bukanlah ilmu yang dibatasi oleh kelas IPA
maupun IPS. Karena geografi merupakan ilmu yang persamaan dan perbedaan
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Sehingga idealnya
pendidikan geografi juga diajarkan di semua kelas. Untuk kelas IPA, peserta
didik didorong untuk mempelajari geografi fisik seperti geografi tanah,
penginderaan jauh, biogeografi, geomorfologi. Sedangkan untuk kelas IPS,
peserta didik didorong untuk mempelajari geografi sosial seperti geografi
penduduk, geografi pariwisata, georafi budaya, dll.
Pembelajaran
geografi di Sekolah dalam kenyataannya masih mengalami berbagai kendala, antara
lain :
1. Media
dalam pembelajaran yang masih kurang memadai di Sekolah.
2. Metode
pengajaran dan kompetensi guru.
3. Kebijakan
kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu.
Berbagai
macam usaha dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam pembelajan
geografi di Sekolah antara lain:
1. Memperbaiki
kualitas guru-guru mata pelajaran.
2. Menyediakan
media pembelajaran yang sesuai bagi berbagai materi-materi ajar geografi di
Sekolah.
3. Alokasi
waktu atau penambahan jam pelajaran.
Pendidikan geografi mempunyai pemaknaan hidup
membentuk jiwa yang berkarakter mulia. Geografi sebagai ilmu yang fokus pada
objek ruang, wilayah, lingkungan dalam hubunganya dengan kehidupan. Kompetensi
pendidikan geografi membentuk manusia cinta wilayah tanah air dan mampu
melestarikan hubungan harmonis alam dengan manusia beserta sumber kehidupannya.
Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam serta meningkatnya bencana akibat ulah
manusia dan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan di dunia,
merupakan bukti ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alamnya. Prinsip
hidup harmonis dengan alam secara geografis seharusnya manusia dapat memahami karakter
dan perilaku alam di mana manusia bertempat tinggal. Teori hidup beradaptasi
dan melestarikan lingkungan adalah suatu pilihan yang tepat. Bagaimana manusia
hidup daerah yang sering banjir, kering, pasang surut, erupsi dan gempa.
DAFTAR PUSTAKA
Bakarudin. 2010. Dasar-Dasar
Ilmu Geografi. Padang: UNP Press.
Purnomo, hadi dan
Ronny Sugianto. 2010. Manajemen Bencana.
Jakarta : MedPress.
Suharyono. 1990. Geografi Dalam DUnia Ilmu dan Pengajaran
Sekolah. Semarang : IKIP Semarang Press.
Sumaatmaja, Nursyid.
1997. Metodologi Pengajaran Geografi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Daldjoeni. 1991. Pengantar geografi untuk mahasiswa dan guru
sekolah. Jakarta: Alumni.
Worosuprodjo, Suratman. 2012 “Manajemen
Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang
Harmonis Dengan Alam Di Indonesia”. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Kardono, Priyadi. 2012 “Penyediaan Informasi Geospasial Tematik
Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Berbasis Kebencanaan Dan Lingkungan Hidup”.
Bogor. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Worosuprodjo, Suratman. 2010. “Mengelola Potensi Geografis Indonesia Untuk Pembangunan Wilayah Berkelanjutan”. Jurnal
pembangunan.
Imahagi. 2008. “Eksistensi Pendidikan Geografi”. (http://imahagiregion3.wordpress.com/2012/06/06/eksistensi-pendidikan-geografi/
, di akses 27 Desember 2012).
_________. 2010. “ Pembelajaran geografi” (http://smamuhammadiyahtasikmalayageo.blogspot.com/2010/07/pembelajaran-geografi.html/,
diakses 28 desember 2012)
Comments
Post a Comment